Skip to main content

Dampak Covid 19 Bagi Pembelajaran di Perguruan Tinggi

 

Pandemi. Telah menjadi suatu hal yang agak menyultkan  umat manusia di era bersoialisasi dan berpartisipasi di berbagai bidang, salah satunya Pendidikan. Kegiatan belajar mengajar dari bebagai tingkat pun jadi menerapkan metode yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh orang awam, belajar online. Tidak semua orang bisa beradaptasi dengan metode ini karena sejatinya kegiatan belajar mengajar lebih nyaman dilakukan dengn praktik langsung atau tatap muka. Lalu, apakah dampaknya sebesar itu bagi murid dan pengajarnya?

            Mahasiswa. Sejak awal berdirinya institusi Pendidikan bernama perguruan tinggi, hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mahasiswa baru adalah hari pertama menginjakkan kaki di kampus. Hal itu dibuktikan dengan selalu adanya acara penyambutan mahasiswa baru. Bersoasialiasi, memperhatikan dosen yang sedang mengajar di kelas, memadupadankan pakaian kesukaan yang tidak terikat aturan berseragam, menjadi beberapa hal yang dinantikan oleh para mahasiswa baru. Namun, keinginan-keinginan itu agak sulit diwujudkan di era pandemi ini.

            Begitupun untuk para dosen. Yang biasanya kegiatan mengajar nyaman dilakukan dengan bertatap muka, kini terpaksa harus dilakukan melalui konferensi video. Yang tadinya para dosen dapat menegur mahasiswa yang tertidur pulas, kini tidak dapat dilakukan karena tidak terlihat mana mahasiswa yang tidur, mana yang tidak. Bentuk penghargaan pada dosen pun menjadi tidak maksimal karena kebanyakan mahasiswa hanya diam selama kegiatan pembelajaran, entah memperhatikan atau tidak, dan baru aktif saat dosen hendak menutup kelas.

            Walaupun banyak dampak negatif dari pembelajaran daring, namun ada juga hal positif yang bisa didapat. Baik mahasiswa maupun dosen, dapat belajar lebih dalam mengenai penggunaan gadget dan teknologi yang tadinya hanya menggunakan referensi fisik saja sebagai bahan ajar. Dan mahasiswa diajarkan untuk bersyukur. Ya, bersyukur dengan masa lalu dimana keadaan masih baik-baik saja dan tidak terlalu menyulitkan seperti sekarang ini. Namun, keadaan sekarang pun masih patut untutk turur disyukuri, karena kegiatan belajar mengajar masih dapat dilakukan, walau tidak secara luring.


Comments

Popular posts from this blog

Movie Review : My Wife is a Gangster 3

  Movie Review: My Wife is A Gangster 3   1.       Movie Identity Movie Title: My Wife is a Gangster 3 Director: Jo Jin-kyu Producer: Charles Kim, Chu Chen On Actors: Shu Qi, Lee Beom-soo, Hyun Young, Oh Ji-ho, Ti Lung Editor: Park Gok-ji Distributor: Showbox/Mediaplex Release Date: December 28, 2006 Running Time: 115 minutes Country: South Korea Language: Korean     2.       Synopsis My Wife is A Gangster 3 is the sequel to My Wife is a Gangster and My Wife is a Gangster 2. It tells a story about Lim Aryong (Shu Qi), the daughter of Hongkong Mafia Boss, Mr. Lim. Aryong has been suspected that she’d killed another big mafia boss. So, Aryomg moved to South Korea to be safe. Han Ki-Chul (Lee Beom-soo) is put in charge to look after her. No one understand the language Ayong speaking, so, they hired a translator named Yeon-hee (Hyun Young). At first Ki-chul and his associats were afraid of ...

Pagi Itu di Depan Teller Bank Cendrawasih

      Pagi itu, di depan teller bank Cendrawasih, Nino menunggu nomor antriannya dipanggil. Dia melirik secarik kertas di tangannya, Nomor 17. Kepalanya terangkat, melihat ke arah layar di pojok kanan atas ruangan. Sekarang masih nomor 12. Kondisi bank Cendrawasih memang agak ramai pagi itu. Ada bapak-bapak berkaos Polo, ada lelaki muda yang sedang membawa berkas-berkas di map plastik berwarna merah, ada sepasang kakek-nenek yang sedang membicarakan prosedur pengambilan uang pensiun, dan masih banyak lagi.             Nino menggoyangkan kakinya seraya menunggu. Hatinya berdegup kencang. Ia gugup. Sebenarnya ada alasan mengapa Nino bisa segugup itu. Tempo hari, dia memenangkan lotre dari perusahaan kopi sachet. 1 miliar rupiah. 1 miliar rupiah yang ia menangkan hari itu. Dirinya kaget bukan main, karena selama ini ia tidak pernah memenangkan apapun. Tiba-tiba memenangkan lotre seperti itu membuatnya berpikir bahwa se...

Mana yang Lebih Baik : Meninggalkan atau Ditinggalkan?

            Manusia hidup dengan berinteraksi satu sama lain. Pertama bertemu, kemudian berkenalan hingga akhirnya memiliki suatu hubungan, entah itu sebagai teman atau mungkin lebih. Dan dari setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Perpisahan itu pasti, karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Pertanyaannya, mana yang lebih baik, meninggalkan atau ditinggalkan?            Sebuah survey di situs Quora yang memiliki judul sama dengan esai ini menunjukkan bahwa, kebanyakan orang memilih untuk meninggalkan. Mengapa demikian? Karena ketika meninggalkan, kita tidak perlu merasa terkejut dan bertanya-tanya apa kesalahan kita. Meninggalkan tidak membuat kita merasa tidak berharga, merasa dibuang. Namun, walaupun begitu, meninggalkan dapat memberi rasa penyesalan yang begitu besar. Apalagi, jika hal yang kita tinggalkan adalah hal yang benar-benar berharga dan sulit untuk dicari kembali di kemudian hari. Siapa bilang meninggalkan tida...