Skip to main content

Temaram


Tempat terindah, Teluk Tomini. Toni termenung, terpikir tentang Tuhan, tentang tuan tanah, tentang tafsir-tafsir, tentang tumpahnya teh tadi, tentang tawa Tiara. Tentunya terutama tentang tawa Tiara. Toni takut. Tiara tak terduga, Tiara tak tertebak. Toni takut terjebak. Terjebak, terikat, tertipu tawa Tiara. Toni tunduk terhadap tawa Tiara. Tangan Toni terpangku. Tiba-tiba, Tiara temani Toni. Toni tertegun, tak tahu Tiara ternyata tahu tempat tersayang Toni. Tiara tersenyum. Toni tatap Tiara. Tiara tertawa. Toni tanya Tiara. Tentang Tuhan, tentang tas tenteng tosca, tentang toko teko, tentang tahajud, tentang turunnya tokoh. Ternyata Tiara tahu tentang topik-topik Toni. Toni tersenyum. Tiara tersenyum. Toni tatap Tiara, telapak tangannya tersentuh telapak tangan Tiara. Tangan tersayang, tangan tercinta. Tangan terfavorit Toni. Tiara tatap Toni, teduh, tenang. Toni terpikat, tersihir temaram Teluk Tomini.

Comments

Popular posts from this blog

Movie Review : My Wife is a Gangster 3

  Movie Review: My Wife is A Gangster 3   1.       Movie Identity Movie Title: My Wife is a Gangster 3 Director: Jo Jin-kyu Producer: Charles Kim, Chu Chen On Actors: Shu Qi, Lee Beom-soo, Hyun Young, Oh Ji-ho, Ti Lung Editor: Park Gok-ji Distributor: Showbox/Mediaplex Release Date: December 28, 2006 Running Time: 115 minutes Country: South Korea Language: Korean     2.       Synopsis My Wife is A Gangster 3 is the sequel to My Wife is a Gangster and My Wife is a Gangster 2. It tells a story about Lim Aryong (Shu Qi), the daughter of Hongkong Mafia Boss, Mr. Lim. Aryong has been suspected that she’d killed another big mafia boss. So, Aryomg moved to South Korea to be safe. Han Ki-Chul (Lee Beom-soo) is put in charge to look after her. No one understand the language Ayong speaking, so, they hired a translator named Yeon-hee (Hyun Young). At first Ki-chul and his associats were afraid of ...

Pagi Itu di Depan Teller Bank Cendrawasih

      Pagi itu, di depan teller bank Cendrawasih, Nino menunggu nomor antriannya dipanggil. Dia melirik secarik kertas di tangannya, Nomor 17. Kepalanya terangkat, melihat ke arah layar di pojok kanan atas ruangan. Sekarang masih nomor 12. Kondisi bank Cendrawasih memang agak ramai pagi itu. Ada bapak-bapak berkaos Polo, ada lelaki muda yang sedang membawa berkas-berkas di map plastik berwarna merah, ada sepasang kakek-nenek yang sedang membicarakan prosedur pengambilan uang pensiun, dan masih banyak lagi.             Nino menggoyangkan kakinya seraya menunggu. Hatinya berdegup kencang. Ia gugup. Sebenarnya ada alasan mengapa Nino bisa segugup itu. Tempo hari, dia memenangkan lotre dari perusahaan kopi sachet. 1 miliar rupiah. 1 miliar rupiah yang ia menangkan hari itu. Dirinya kaget bukan main, karena selama ini ia tidak pernah memenangkan apapun. Tiba-tiba memenangkan lotre seperti itu membuatnya berpikir bahwa se...

Mana yang Lebih Baik : Meninggalkan atau Ditinggalkan?

            Manusia hidup dengan berinteraksi satu sama lain. Pertama bertemu, kemudian berkenalan hingga akhirnya memiliki suatu hubungan, entah itu sebagai teman atau mungkin lebih. Dan dari setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Perpisahan itu pasti, karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Pertanyaannya, mana yang lebih baik, meninggalkan atau ditinggalkan?            Sebuah survey di situs Quora yang memiliki judul sama dengan esai ini menunjukkan bahwa, kebanyakan orang memilih untuk meninggalkan. Mengapa demikian? Karena ketika meninggalkan, kita tidak perlu merasa terkejut dan bertanya-tanya apa kesalahan kita. Meninggalkan tidak membuat kita merasa tidak berharga, merasa dibuang. Namun, walaupun begitu, meninggalkan dapat memberi rasa penyesalan yang begitu besar. Apalagi, jika hal yang kita tinggalkan adalah hal yang benar-benar berharga dan sulit untuk dicari kembali di kemudian hari. Siapa bilang meninggalkan tida...