Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2021

Fiksimini

  1.       Kuaci Aku berlari dan terus berlari. Rasanya sudah berminggu-minggu aku disini. Tapi, sepertinya aku tidak kunjung menemukan hal yang kucari. Kok tidak sampai-sampai ya aku dari tadi? Lalu, menengok aku kebawah dari atas lemari. Pemilikku memberiku cemilan kesukaanku, biji bunga matahari. 2.       Diam Diam, diam, diam. Aku hanya bisa diam. Melihat tingkah sahabatku yang kian merusakku. Katanya mereka mencintaiku, katanya mereka menyayangiku, tapi mereka juga merusakku. Membuang punting rokok sembarangan, tidak membawa sampah kertas yang diatasnya tertulis tinggi tubuhku, juga tidak membereskan bungkus bekas makanan mereka. Sebenarnya ketika mereka bilang alam adalah sahabat, alam mana yang mereka maksud? 3.       Cantik Kamu cantik sekali hari ini. Baju putihmu terlihat serasi dengan baju hitamku. Rambutmu tidak terlihat, biasanya walau sudah pakai dalaman kerudung pun anak anak rambutmu kelihatan. Tapi tidak kali ini karena rambutmu sudah tidak bersisa, usai be

Pagi Itu di Depan Teller Bank Cendrawasih

      Pagi itu, di depan teller bank Cendrawasih, Nino menunggu nomor antriannya dipanggil. Dia melirik secarik kertas di tangannya, Nomor 17. Kepalanya terangkat, melihat ke arah layar di pojok kanan atas ruangan. Sekarang masih nomor 12. Kondisi bank Cendrawasih memang agak ramai pagi itu. Ada bapak-bapak berkaos Polo, ada lelaki muda yang sedang membawa berkas-berkas di map plastik berwarna merah, ada sepasang kakek-nenek yang sedang membicarakan prosedur pengambilan uang pensiun, dan masih banyak lagi.             Nino menggoyangkan kakinya seraya menunggu. Hatinya berdegup kencang. Ia gugup. Sebenarnya ada alasan mengapa Nino bisa segugup itu. Tempo hari, dia memenangkan lotre dari perusahaan kopi sachet. 1 miliar rupiah. 1 miliar rupiah yang ia menangkan hari itu. Dirinya kaget bukan main, karena selama ini ia tidak pernah memenangkan apapun. Tiba-tiba memenangkan lotre seperti itu membuatnya berpikir bahwa semua ini hanya mimpi di siang bolong.             Pikirannya berkela